Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, (foto sumber https://mediapolri.id/)
Oleh: Mirdad Noor *)
Upaya pencegahan radikalisme menjadi semakin penting, menjelang kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Kita ketahui bersama, Paus Fransiskus, sebagai simbol penting bagi umat Katolik di seluruh dunia, membawa pesan perdamaian, persaudaraan, dan toleransi yang mendalam. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok radikal mungkin melihat momen ini sebagai kesempatan untuk melancarkan aksinya, yang dapat mengancam stabilitas dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Pemerintah dan aparat keamanan telah meningkatkan kewaspadaan dan melakukan berbagai langkah preventif untuk memastikan kunjungan Paus berjalan dengan aman dan lancar. Pendekatan yang digunakan tidak hanya bersifat represif, tetapi juga preventif, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, organisasi masyarakat, dan pemuda.
Salah satu langkah penting yang diambil adalah memperkuat dialog antarumat beragama. Melalui dialog ini, diharapkan dapat terbangun pemahaman yang lebih mendalam antar umat beragama, mengurangi potensi konflik, dan menekan penyebaran ideologi radikal. Selain itu, peran media massa juga sangat vital dalam memberikan informasi yang seimbang dan tidak provokatif, sehingga tidak memicu sentimen negatif di masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu menutup celah yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal melalui pengawasan ketat terhadap aktivitas online. Media sosial dan platform digital seringkali menjadi sarana penyebaran paham radikal, sehingga pemantauan dan tindakan tegas terhadap konten-konten yang mengandung unsur radikalisme sangat diperlukan.
Kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kerukunan antarumat beragama yang selama ini terjaga dengan baik. Maka dari itu, Polri akan menggelar Operasi Terpusat ‘Tribrata Jaya 2024’ sebagai langkah antisipasi menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Operasi ini direncanakan berlangsung selama enam hari, mulai dari 2 hingga 7 September 2024.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyatakan bahwa Operasi Tribrata Jaya 2024 akan dilaksanakan selama enam hari untuk menjamin keamanan selama kunjungan Paus di Indonesia. Sebanyak 4.520 personel akan dikerahkan dalam operasi ini, yang terdiri dari 1.077 personel Mabes Polri dan 3.443 personel dari Polda Metro Jaya. Polri berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia berjalan dengan aman dan kondusif.
Sebagai informasi, Paus Fransiskus diperkirakan tiba di Indonesia pada 3 September 2024 pukul 11.30 WIB. Pada 4 September 2024, Paus akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada pukul 10.00 WIB. Pada 5 September 2024, Paus dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal Jakarta dan bertemu dengan penerima manfaat organisasi amal di kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Pada hari yang sama, Paus juga akan mengadakan misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada pukul 17.00 WIB, yang diperkirakan akan dihadiri oleh puluhan ribu umat Katolik.
Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Nasarudin Umar menerangkan bahwa kedatangan Paus Fransiskus merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia. Pemerintah pun telah mempercayakan Masjid Istiqlal untuk menjadi tuan rumah dialog antaragama, yang sudah direncanakan sejak lama sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus.
KH. Nasarudin menekankan bahwa Masjid Istiqlal, sebagai Masjid Negara Indonesia, telah menjalin banyak kerja sama dengan berbagai lembaga internasional dan saat ini menjadi pusat perhatian dunia. Masjid Istiqlal dianggap berhasil menampilkan Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Maka dari itu, semua pihak, terutama umat Muslim di Indonesia, untuk terus menyebarkan nilai-nilai Islam yang ramah dan damai, dengan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana diajarkan dalam Al-Quran.
Beberapa waktu silam, tepatnya dalam Forum Agama G20, atau Religion 20 (R20), yang berlangsung di Nusa Dua, Bali pada 2022, Duta Besar Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia, Piero Pioppo, menyampaikan pesan dari Paus Fransiskus, yakni mengajak para pemuka agama di seluruh dunia untuk bersama-sama mencari solusi terhadap ekstremisme dan berbagai bentuk permusuhan yang terjadi di dunia.
Paus Fransiskus menyoroti kondisi dunia yang semakin diwarnai oleh pengabaian terhadap Tuhan dan tindakan kekerasan yang dilakukan atas nama-Nya. Paus Fransiskus menegaskan bahwa ekstremisme, radikalisme, terorisme, dan segala bentuk kebencian, permusuhan, serta kekerasan, tidak memiliki kaitan dengan esensi sejati agama. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan tujuan-tujuan tersebut, dan oleh karena itu, semua tindakan yang menyimpang ini harus ditolak dengan tegas.
Dalam pesannya, Paus Fransiskus juga menyerukan kepada para pemuka agama untuk mengajak umatnya mengambil tanggung jawab bersama dalam menciptakan perdamaian, serta mendorong dialog dan rekonsiliasi. Agama tidak boleh menjadi penyebab krisis dunia, melainkan harus berperan sebagai solusi bagi berbagai permasalahan global. Permasalahan radikalisme bukan tanggung jawab salah satu agama saja, melainkan seluruh agama memiliki peran penting dalam pencegahan radikalisme.
Kedatangan Paus Fransiskus diharapkan membawa pesan damai dan mempererat hubungan antarumat beragama di Indonesia, sekaligus meneguhkan komitmen Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kebhinnekaan. Dengan demikian, upaya bersama dalam menangkal radikalisme menjadi hal penting dalam menyukseskan kunjungan bersejarah ini.
*) Pegiat Literasi Kebhinnekaan