Oleh: Anita Permata Sari
Dalam upaya menjaga kestabilan fiskal nasional, dukungan seluruh elemen masyarakat dan sektor swasta menjadi sangat krusial. Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan strategis untuk mengelola keuangan negara dengan lebih bijak, termasuk pengendalian defisit anggaran dan pengoptimalan pendapatan negara.
Kesuksesan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam menerapkan kebijakan fiskal responsif selama masa pandemi telah menunjukkan hasil yang positif. Ekonomi Indonesia berhasil menahan pelemahan hanya sebesar minus 2,1 persen pada tahun 2020, jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN. Ini adalah pencapaian yang patut diapresiasi dan menjadi bukti nyata bahwa kebijakan fiskal yang tepat dapat memberikan dampak positif yang signifikan.
Pada tahun 2021, ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif sebesar 3,7 persen dengan nilai produk domestik bruto (PDB) riil yang melampaui level pra-pandemi 2019. Pertumbuhan ini menjadikan Indonesia sebagai negara tercepat dalam pemulihan ekonomi di antara lima negara ASEAN lainnya.
Dalam dua tahun terakhir, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, selalu di atas 5 persen, meskipun di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah telah berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kolaborasi antara kebijakan fiskal dan moneter yang solid dan efektif juga telah berhasil mengendalikan inflasi di level moderat. Pada tahun 2022, inflasi Indonesia tercatat hanya sebesar 6 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi global yang sangat tinggi. Sebagai perbandingan, inflasi di Amerika Serikat mencapai 9,1 persen, Eropa 10,6 persen, dan Inggris 11,1 persen.
Saat ini, inflasi di Indonesia berada di kisaran 3 persen, sebuah angka yang relatif sehat bagi negara berkembang seperti Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil telah berhasil mengendalikan dampak lonjakan harga komoditas yang memicu imported inflation.
Selain itu, upaya percepatan reformasi struktural melalui strategi hilirisasi sumber daya alam juga telah membuahkan hasil yang nyata. Peningkatan kinerja ekspor dalam beberapa tahun terakhir adalah bukti nyata dari keberhasilan strategi ini.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) telah mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada Mei 2024, setelah sebelumnya menaikkan suku bunga pada April sebesar 25 basis points.
Kebijakan ini diambil sebagai langkah antisipatif untuk menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen hingga akhir tahun ini dan tahun 2025. Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran yang pro-growth juga terus ditempuh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran. Kebijakan ini juga mempertimbangkan kondisi global, termasuk penguatan ekonomi AS dengan laju pertumbuhan yang kuat dan inflasi yang masih terjaga.
Penguatan dolar AS secara global dan yield US Treasury yang tinggi juga menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan ini. Dari sisi domestik, pertimbangan suku bunga acuan yang ditahan juga didasarkan pada pentingnya menjaga daya tahan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 mampu tumbuh sebesar 5,11 persen dari kuartal IV-2023 yang hanya 5,04 persen.
Tren ini didukung oleh permintaan domestik, konsumsi swasta dan pemerintah yang membaik, serta investasi yang tumbuh baik. Investasi bangunan, khususnya, didorong oleh pembangunan infrastruktur yang berlanjut.
Selain itu, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga telah berhasil menjaga stabilitas ekonomi. Nilai tukar Rupiah pada Mei 2024 menguat sebesar 1,66 persen, setelah sebelumnya melemah pada April 2024.
Aliran modal asing yang masuk, terutama ke SBN dan SRBI, juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia telah berhasil menstabilkan nilai tukar Rupiah dan mengurangi tekanan inflasi.
Dalam konteks inflasi, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 tercatat menurun dari 3,05 persen pada Maret 2024 menjadi sebesar 3,00 persen. Inflasi inti dan inflasi administered prices (AP) yang rendah masing-masing sebesar 1,82 persen dan 1,54 persen menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan pemerintah telah berhasil.
Inflasi volatile food (VF) juga menurun seiring dengan penurunan harga komoditas pangan dan berlanjutnya sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah.
Stabilitas fiskal dan moneter adalah kunci untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keberhasilan kebijakan fiskal dan moneter yang telah diterapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia menunjukkan bahwa kita berada di jalur yang benar.
Namun, kerja keras dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat tetap diperlukan untuk memastikan bahwa stabilitas ini dapat terus terjaga. Mari kita bersama-sama mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kondisi fiskal yang stabil demi masa depan ekonomi Indonesia yang lebih baik.
*) Analis Data Keuangan Lembaga Gala Indomedia
Related Posts
Sinergitas Lintas Sektor Lahirkan Pilkada 2024 Bersih dan Transparan
Oleh: Ardiansyah Gunawan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 merupakan momentum penting dalam proses demokrasi di Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan Pilkada yang…
Berada di Pangkuan NKRI, Tanah Papua Alami Kemajuan Peradaban Luar Biasa
Oleh: Yomani Karu Berada di pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Tanah Papua mampu mengalami kemajuan dan perkembangan peradaban…