Mengapresiasi Kolaborasi Aparat Keamanan dan Masyarakat dalam Menjaga Situasi Kondusif di Papua

Oleh Maria Juli Sawias )*

Serangkaian tindakan kekerasan dan provokasi yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah menimbulkan ketakutan dan keresahan di tengah masyarakat. Semakin hari, suara-suara masyarakat yang menolak segala bentuk kekerasan dan provokasi ini semakin lantang terdengar. Mereka tidak hanya menolak tindakan OPM, tetapi juga menunjukkan dukungan kepada aparat keamanan dalam menindak tegas kejahatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Provokasi dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh OPM selama ini tidak hanya mengancam stabilitas keamanan di Tanah Papua, tetapi juga merugikan masyarakat setempat. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, mengalami trauma psikologis, dan kehilangan anggota keluarga akibat kekerasan yang tidak berkesudahan ini. Masyarakat Papua menginginkan perdamaian dan stabilitas, agar mereka bisa hidup tenang, bekerja, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
Pada tanggal 1 Juli setiap tahunnya, kelompok separatis OPM memperingati hari jadi mereka, sering kali dengan menyebarkan propaganda kemerdekaan yang mengancam kestabilan dan persatuan Indonesia. Namun tahun ini, upaya gabungan dari aparat keamanan dan masyarakat Papua telah berhasil menjaga situasi tetap kondusif. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resor (Polres) Maybrat, Papua Barat Daya, patut diapresiasi, begitu pula dengan penolakan masyarakat terhadap provokasi OPM.
Kepolisian Resor Maybrat telah melakukan berbagai langkah proaktif untuk memastikan keamanan dan ketertiban di wilayah mereka. Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Maybrat, AKP Muhammad Rusli, menjelaskan bahwa mereka meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan personel dalam menghadapi potensi gangguan keamanan pada hari OPM. Apel siaga dan patroli rutin dilakukan untuk memastikan tidak ada gangguan yang signifikan.
Kapolres Maybrat, Kompol Ruben Obed Kbarek, mengatakan bahwa patroli dilakukan di berbagai kampung, termasuk Kampung Susumuk, Kampung Kumurkek, dan Kampung Ayawasi. Selain itu, mereka juga melaksanakan blue light patrol dan memantau arus lalu lintas di titik-titik rawan. Hasilnya, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Maybrat tetap aman dan terkendali, tanpa ada kejadian yang menonjol.
Rusli menekankan pentingnya kerjasama ini untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Maybrat. Sinergitas antara aparat keamanan dan instansi terkait merupakan kunci keberhasilan dalam menjaga keamanan di Papua. Kolaborasi yang baik antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, memastikan bahwa semua potensi gangguan dapat diantisipasi dengan cepat dan efektif.
Selain upaya dari aparat keamanan, peran serta masyarakat Papua dalam menolak provokasi OPM juga sangat signifikan. Seorang tokoh pemuda Papua, Paul Ohee, menentang keras peringatan hari jadi OPM. Menurutnya, propaganda kemerdekaan yang diusung oleh OPM adalah ancaman terhadap kesatuan dan persatuan Indonesia. Paul menegaskan bahwa aksi perlawanan bersenjata oleh OPM tidak akan memberi dampak yang lebih baik dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Papua. Sebaliknya, dialog konstruktif dan pembangunan berkelanjutan adalah cara yang lebih efektif untuk mengatasi permasalahan di Papua, dengan tetap menghormati kedaulatan Indonesia.
Paul Ohee juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan bahasa. Papua, dengan keindahan alamnya dan kebudayaan yang khas, adalah bagian integral dari Indonesia. Ia mengajak seluruh masyarakat Papua untuk berperan aktif menjaga persatuan dan menolak segala bentuk propaganda yang merusak integritas bangsa. Melalui pendidikan, sosialisasi, dan penguatan nilai-nilai kebangsaan, masyarakat dapat memperkokoh rasa cinta tanah air dan memastikan bahwa setiap daerah, termasuk Papua, mendapat perhatian yang layak dalam pembangunan nasional.
Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan, juga mengungkapkan bahwa OPM terus menyebarkan isu provokatif di kalangan masyarakat, apalagi menjelang Pilkada tahun 2024. Candra berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh ajakan aksi provokatif dari OPM. Menurutnya, pembangunan yang tidak berjalan akibat gangguan dari OPM akan membuat masyarakat menjadi korban yang menderita. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap beraktivitas normal dan tidak tergoda oleh propaganda OPM.
Keberhasilan dalam menjaga situasi kondusif di Papua pada hari jadi OPM adalah hasil dari upaya bersama antara aparat keamanan dan masyarakat. Aparat keamanan telah menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga keamanan dan ketertiban melalui berbagai tindakan proaktif. Sementara itu, para pemuda seperti Paul Ohee, telah menunjukkan bahwa mereka menolak segala bentuk provokasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan Indonesia.
Penting untuk diingat bahwa masyarakat Papua hendaknya tidak menjadi penonton pasif dalam konflik ini. Mereka adalah aktor utama yang memiliki hak dan suara dalam menentukan masa depan mereka. Dengan menolak provokasi OPM dan mendukung aparat keamanan, masyarakat Papua telah menunjukkan bahwa mereka menginginkan perubahan yang positif dan berkelanjutan. Mereka menginginkan perdamaian, keamanan, dan kesempatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Papua adalah bagian integral dari Indonesia, dan upaya untuk menjaga kestabilan dan kedamaian di wilayah ini harus terus dilakukan. Melalui kerja sama yang baik antara aparat keamanan, instansi terkait, dan masyarakat, Papua dapat terus berkembang dan maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan demikian, setiap warga Papua dapat merasakan manfaat dari kesatuan dan kebhinekaan yang ada, serta berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih harmonis dan sejahtera.

)* Penulis merupakan mahasiswi asal Papua di Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *