Oleh: Oktovianus Mote*
Pemerintah bersama dengan masyarakat adat Papua, telah berupaya untuk menciptakan sinergi dalam pembangunan berkelanjutan yang menghormati hak-hak adat dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat. Upaya ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan yang diinisiasi oleh pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi aktif masyarakat adat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Kerjasama ini menjadi penting untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif, serta menjaga kearifan lokal dan hak-hak masyarakat adat.
Pada pertemuan dengan Melanesian Spearhead Group (MSG), Ketua DPR RI Puan Maharani menekankan pentingnya solidaritas dan persaudaraan antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik, termasuk di dalamnya komunitas Melanesia. Indonesia, sebagai Associate Member MSG, berkomitmen mendukung visi ‘Pacific Elevation’ yang bertujuan meningkatkan kemitraan dengan negara-negara Pasifik. Dalam hal ini, pembangunan di Papua menjadi salah satu isu utama yang dibahas, mengingat perhatian khusus negara-negara MSG terhadap wilayah ini.
Puan Maharani menegaskan bahwa pemerintah Indonesia telah memprioritaskan pembangunan di Papua, dengan fokus pada peningkatan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat. Ribuan kilometer jalan raya, ratusan sekolah, bandara, dan pelabuhan telah dibangun, serta perluasan akses listrik ke daerah-daerah terpencil. Upaya ini tidak hanya bertujuan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia, tetapi juga mengurangi tingkat kemiskinan di Papua. Dalam bidang politik, DPR RI telah mendorong penguatan kelembagaan politik, demokrasi, serta implementasi Otonomi Khusus Papua. Hal ini diharapkan dapat menghormati hak dan martabat Orang Asli Papua, termasuk mendorong mereka untuk menjadi pemimpin di tanah mereka sendiri.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di Papua, termasuk pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, bandara, pelabuhan, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan. Puan menyebutkan bahwa pembangunan ini telah berdampak positif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan penurunan tingkat kemiskinan di Papua. Selain itu, pemerintah juga telah mengimplementasikan kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) Papua, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola urusan-urusan pemerintahan secara mandiri. Salah satu implementasi penting dari Otsus adalah pembentukan Majelis Rakyat Papua (MRP), yang berfungsi sebagai lembaga representasi orang asli Papua.
Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah juga berperan aktif dalam melibatkan masyarakat adat dalam proses perencanaan dan pembangunan. Misalnya, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya meluncurkan program “Papua Berdaya”, yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat adat dalam perencanaan pembangunan daerah. Program ini mencakup Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) wilayah adat, yang memungkinkan masyarakat adat menyampaikan aspirasi dan kebutuhan mereka secara langsung kepada pemerintah.
Fredrik Sagisolo selaku Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Knasaimos, menyampaikan bahwa pelibatan masyarakat adat dalam perencanaan pembangunan adalah anugerah besar, karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan arah pembangunan di wilayah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah semakin menyadari pentingnya peran masyarakat adat dalam pembangunan Papua yang berkelanjutan.
Pemerintah pusat, melalui kunjungan Presiden Joko Widodo, juga menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan Papua. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Papua juga mendapat respons positif dari masyarakat. Pdt. Iker Rudy Tabuni, Ketua Wilayah Gereja Injili di Desa-desa Indonesia (GIDI) Pantai Utara, menilai bahwa kunjungan tersebut tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap perbaikan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua. Tabuni berharap agar program-program pembangunan yang telah berjalan di Papua dapat diteruskan dan ditingkatkan oleh pemerintahan berikutnya.
Sinergi antara pemerintah dan masyarakat adat Papua menjadi kunci dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di wilayah ini. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan dan program, telah menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki kondisi sosial-ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Di sisi lain, masyarakat adat, melalui partisipasi aktif mereka dalam proses perencanaan dan pengawasan, juga berperan penting dalam memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Dalam konteks global, keterlibatan Indonesia dalam MSG juga memberikan peluang untuk memperkuat posisi negara di kawasan Pasifik. Dengan mempromosikan pembangunan yang inklusif di Papua, Indonesia dapat menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan stabilitas regional. Ini juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk berperan sebagai motor pendorong kerja sama regional, terutama dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan ketegangan geopolitik.
Ke depan, penting bagi pemerintah dan masyarakat adat untuk terus bekerja sama dan menjaga dialog yang konstruktif. Ini tidak hanya untuk memastikan keberlanjutan pembangunan yang sudah berjalan, tetapi juga untuk mengatasi tantangan-tantangan baru yang mungkin muncul di masa depan. Dengan demikian, Papua dapat berkembang secara berkelanjutan, menghormati hak-hak adat, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya secara menyeluruh.
Pembangunan Papua yang inklusif dan berkelanjutan memerlukan komitmen bersama dari semua pihak. Pemerintah pusat dan daerah harus terus berkolaborasi dengan masyarakat adat, memastikan bahwa setiap langkah pembangunan mengedepankan kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan demikian, Papua dapat menjadi contoh sukses pembangunan yang harmonis antara modernisasi dan pelestarian budaya lokal, serta menjadi bagian integral dari kemajuan Indonesia di masa depan.
*Penulis merupakan mahasiswa asal Papua